“Pak
wedang rondenya kalih njih”
“njih
mas, monggo pinarak riyin”
Sudah
pukul setengah dua belas malam sekarang, sedangkan aku dan kamu masih saja
belum berdamai dengan rasa kantuk. Masih menikmati malam Jogja yang tak pernah
lelah. Di 0 KM, di bawah bungkus nasi kucing raksasa ini kita duduk. Menghirup
setiap jengkal udara malam yang begitu dingin karena sehabis hujan, jangan
Tanya mungkin bulu kuduk ku sampai berdiri, bukan karena takut tapi tak
terbiasa dihujani dingin seperti ini, tanpa jaket. Asap rokok yang ikut
mengepul dari tetangga sebelah yang sepertinya sedang bahagia sekali malam ini,
yang kudengar sih karena mereka baru saja bertemu, mungkin saja teman lama J
Ya
kurang sehat memang karena asap tadi tapi apalah artinya jika itu sudah
bersamamu, ledekku. “Monggo wedangnya mas, mba”
“suwun
pak”
“Menikmati
wedang ronde disini tak pernah tergantikan ditempat manapun. Tempat ini begitu
sempurna, bagaimana menurutmu?” Tanyamu masih dengan mengunyah roti tawar yg bercampur
oleh kuah manis hangat khas jahe.
“Yang
bener saja? Jangan-jangan itu karena kamu belum pernah menikmati wedang ronde
ditempat lain, kataku’
“enak
saja kamu kira wedang ronde hanya ada di jogja?” *sambil memasang bibir manyun
ala mu*
“hehehe
gitu aja ngambek, bukannya wedang ronde itu dimana-mana sama saja ya, ada
kacang goreng didalamnya, roti tawar,arome sereh dan kuah khas jahe.
“iya tapi suasananya itu beda sayang, jogja
begitu sempurna. Pas momennya, pas suasananya, pas ada kamunya hehehe…”
“berarti
kalau misalnya aku tak ada apa jogja masih tetap sempurna?”
“mungkin,
bisa jadi jogja tak sesempurna hari ini
tapi aku kira jogja masih tetap sempurna ada atau tidak adanya kamu :P
katamu yg membuatku manyun seketika. Ah kamu selalu begitu, selalu kelewat
jujur!”
Tak
ada lagi obrolan kita tenggelam dalam suasana malam itu. Pemuda-pemudi yg duduk
di trotoar, para penjaja makanan yg sesekali menghampiri untuk sekedar
menawarkan makanannya, ada abang becak yg sedang sibuk mengayuk pedal sepedanya
yg lelah ditimpa siang dan malam untuk para anak istrinya, ada sepasang muda
mudi yg dimabuk asmara entah mungkin baru bertemu karena terbatasnya jarak,
atau temaram lampu jalanan dan bulan tengah bundar sempurna malam ini. Mungkin
ini yang membuat jogja semakin Nampak istimewa.
“malam
ini terakhir aku dijogja, katamu”
“terakhir?”
“ya
besok aku harus segera kembali ke semarang kerjaanku banyak disana dan aku
harus segera kembali”
“secepat
ini? Kenapa baru bilang padaku sekarang?”
Hehehe
aku tau kamu, jika aku bilang padamu mulai kemarin pasti kamu tidak mau bertemu
denganku.
“oh
ya?”
“tentu
saja, tapi bagaimana aku bisa hidup tenang kalo kamu tidak membekali ku sebuah
senyuman dan pelukan?”
Tiba-tiba
sebuah pelukan hangat mempererat tubuhku dan kemudian kamu tersenyum sangat
hangat.
“kamu
bahkan tidak sedih”
Karena
aku yakin cinta akan membawamu kembali ke sini, di km 0, di pukul 00.00,
dibawah tenda ini… Aku, jogja, dan wedang ronde kelewat istimewa untuk kamu
lupakan begitu saja. :’)