Sebelum
mulai bercerita, ada baiknya saya sampaikan beberapa hal kecil ini.
Orang bilang dia terlalu lemah pada perempuan. Mereka bilang dia terlalu mudah
jatuh cinta dan memberikan hati. Beberapa sisanya bilang dia tak bisa
membedakan sayang, perhatian berlebih, nafsu, dan cinta. Well.. Sebenarnya
mungkin dia memang tak benar-benar paham makna semua itu. Kalian boleh saja
menganggap dia memang tak mengerti cinta sesungguhnya. Tapi lantas kenapa?
Kalau dia dan perempuan yang dia cinta sudah sepakat saling memberi dan menjaga
hati, bukanlah hal-hal lain bisa dipikirkan belakangan? Dengan cinta, kita bisa
lakukan semua. Dengan cinta, tak ada yang tak seru. Semua kita jalani bersama.
Pahit manisnya, hitam putihnya, baik dan buruknya. Sesederhana itulah pemikiran aku pada cinta.
Adzan Subuh baru saja berkumandang. Aku tidak
bisa tidur. kepalaku mulai berdenyut. Dan sisa flu kemarin belum juga membaik.
Rupanya peraturan tidak tidur lebih larut dari pukul tiga harus lebih ditaati
lagi.Baiklah, bagaimana kalau aku berimajinasi sekali lagi, seakan-akan ada
kamu disini sekalian saja kita bermain.
“Ceritanya, aku tidur disisi kanan tempat
tidur. Badan aku miringkan ke kanan, dan kamu menyelinap pelan-pelan,
menyelipkan lengan kananmu dibawah kepalaku, lalu melingkarkan lengan kirimu ke
tubuhku, menariknya perlahan supaya lebih dekat denganmu. Hangat. Dekapanmu
hangat. Nyaman”
“Lalu, kaos kaki yang kukenakan. Pura-puranya
itu kaki-kakimu yang entah bagaimana caranya berbelit saling bersilangan dengan
milikku. Seumpama berusaha menaikkan suhu telapak kakiku yang mendingin
termakan malam.”
Terakhir, masih memelukku, kamu mengusap-usap
kepalaku. Seraya berbisik lembut, “Tidurlah, Sayang. Kamu butuh istirahat.”
0 komentar:
Posting Komentar