Aku ingin menjadi masa kecilmu, menjadi waktu yang dirindukan ketika kamu lelah berpura-pura menjadi dewasa

11 januari bertemu

"sebelas januari bertemu
menjalani kisah cinta ini
naluri berkata engkau lah milikku"

Ketika hujan merintik perlahan dan tetesnya semakin nyata, Artha berusaha melindungi kepalanya dengan map plastik yang dibawanya. Bukan ide bagus, menerobos hujan dengan pakaian seragam kerjanya walaupun sudah menunjukan jam pulang kantor. Tapi ia tetap melangkahkan laju kaki nya ke sebuah toko buku di jalan Thamrin.

Hmm.. Lautan aksara yang aku suka. Bau plastik yang masih rapi. Aroma kertas yang menggelitik olfaktoriusku untuk mendekat dan mencumbunya. Toko buku. Tempat favoritku. Dimana kisah rak-rak kayu yang dipisahkan menurut genre tidak saling adu. Komik, novel, dongeng, ensiklopedia, biografi, semuanya menari dengan manis dalam alunan kata masing-masing.


Serentak tangan Artha mengambil sebuah buku filsafat yang berjudul "sashmita" tiba-tiba seorang perempuan menyenggol tangannya hingga jatuh.  Tumpukan buku yang dibawanya berhamburan. Gemuruh pengunjung tiba-tiba hilang. Kami menjadi tontonan.


“Aduh… Maaf.. Mbak nggak apa-apa?” kataku sambil membereskan buku-bukunya dan bukuku. Lalu mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri. "Nggak apa-apa. Santai aja…" Kepalaku sejenak berhenti berpikir. 


"Kinara…"

Lamunanku buyar. Mendadak dia sudah berdiri di depanku. Tubuhnya tidak terlalu tinggi. Kepalanya setinggi dadaku. Rambutnya pendek di atas bahu. Ia begitu tomboy dengan kaos longgar berwarna hitam dengan gambar sebuah karakter dewi Yunani, jeans kumal berwarna biru pudar dan sepatu sneakers hitam.

"Akulah penjaga mu
Akulah pelindung mu
Akulah pendamping mu
Di setiap langkah-langkah mu"


seseorang yang selama ini menyelinap dalam anganku. Seseorang yang pernah dipercayai dan berbagi cerita bersamaku dulu. Tidak peduli berapa tahun bersama, perempuan itu pernah menjadi bagian dalam kehidupanku. Tapi entah bagaimana perasaannya kini.

Kinara sadar itu Artha, pria yang pernah mengisi hari-hari nya dulu. Lalu dengan cepat ia memalingkan wajahnya berlalu menuju kasir. Meninggalkanku yang masih mencerna kejadian yang baru saja berlalu. Sensasi ini, masih sama rasanya seperti 3 tahun yang lalu saat pertemuan pertama kami. Seperti ada kupu-kupu yang melayang di perut. 


"Pernah ku menyakiti hati mu,
pernah kau melupakan janji ini
Semua karena, kita ini, manusia"


Tanpa bisa ia cegah, mata Kinara memanas. Gelombang amarah dan frustasi menyerangnya. Kinara menyadari benar, mereka bukan menjadi bagian satu sama lain. Laki-laki itu, Artha bukan miliknya lagi! Air matanya bergulir. 

"Kau bawa, diri ku, ke dalam hidup mu
Kau basuh, diri ku, dengan rasa sayang
Senyum mu juga sedih mu, adalah hidup ku
Kau sentuh, cinta ku,
dengan lembut…
dengan sejuta warna"


Gumamku, "ternyata senyummu masih mempesona, Kirana Sashmita"
ps* dalam bahasa sanskerta arti sashmita adalah perempuan yang memiliki senyum mempesona

random conversation

entah stensilan atau gombal picisan kelaparan

N: pokoknya gue mau ada yang minuman manisnya ya
F: lo minumnya sambil ngeliatin gue aja
   (masih bingung tempat makan)
N: hmm gue mau makan yang anget-anget ajadeh
F: yaudah makannya nanti sambil gue peluk deh
N: .....

percakapan antara 2 sahabat deskripsi nya gini deh, yang cewe sih masih sendiri, tapi yang cowonya lagi menjalankan LDR (lo dimana gue dimana Realitionship)
Hahahahaha...

17:50 senja, trans jakarta


pagi digerimisi kenangan
kuberangkatkan tubuh pinjaman
milik sebuah kantor yang menjual airmata
sambil mengelap ingatan
dari sepatu tua
yang enggan dipaksa
untuk tetap hitam
jalan dibasahi airmata
yang kami produksi
orang mengira
itulah tumpahan anggur
dari cawan suci
milik malaikat
yang berbagi sunyi
kugambar masalalu
di embun kaca
sebuah rongsokan tua
yang kami namai bus kota
ikan-ikan terbang
daun-daun melayang
mata perempuan terbayang
dalam pantulan
yang mengaca pada wajahku
kutemukan anak-anak
kutemukan jagoan
menyilangkan tangan
menantang kehidupan
dan kuhapus cepat
kantor kami ditumbuhi
penyesalan
dari mereka yang tertinggal masalalu
para pekerja
memeras airmata
dalam laporan kering
yang ditandai awan
dan getir
yang meledak-ledak
mencipta petir