Sabtu, 25 desember 2010
…
“Kita bikin time capsule yu! Gw terinspired sama film Knowing sama My Sassy Girl nih.”
“Hahaha.. My Sassy girl?”
“Iya, it’s hilarious! Ayoooo, mau ga?”
“Ayo!”
“Hahaha.. My Sassy girl?”
“Iya, it’s hilarious! Ayoooo, mau ga?”
“Ayo!”
—-
“Siapa tau 10 taun kedepan we’ll gonna love each other. Haha.. Berasa bakal masih idup ajaa.”
“Hahahaha bener-bener, no one knows. Siapa tau justru kita malah end up married and settle down in big city.”
“Hahahaha yeah who knows?”
“Yg sekarang ini kita bahas cuma jadi sekedar wacana, nanti kita sambil duduk di beranda rumah, ketawa tiap inget percakapan kita sekarang.”
“Terus kita ketawa-ketawa kalo inget, how we used to call each other “nyeett” gitu yee? Hahaha..”
“Hahaha gila! Gw smpe kena marah nyokap dong gara-gara gw ketawa-ketawa sendiri daritadi. Tanggung jawab lo!!”
“You start to sound like a pregnant girl who forced me to responsible (again) hahaha..”
“Tau nih, kebiasaan deh gw. Terlalu menghayati peran sebagai wanita seutuhnya. Hahahaha..”
“Hahahaha bener-bener, no one knows. Siapa tau justru kita malah end up married and settle down in big city.”
“Hahahaha yeah who knows?”
“Yg sekarang ini kita bahas cuma jadi sekedar wacana, nanti kita sambil duduk di beranda rumah, ketawa tiap inget percakapan kita sekarang.”
“Terus kita ketawa-ketawa kalo inget, how we used to call each other “nyeett” gitu yee? Hahaha..”
“Hahaha gila! Gw smpe kena marah nyokap dong gara-gara gw ketawa-ketawa sendiri daritadi. Tanggung jawab lo!!”
“You start to sound like a pregnant girl who forced me to responsible (again) hahaha..”
“Tau nih, kebiasaan deh gw. Terlalu menghayati peran sebagai wanita seutuhnya. Hahahaha..”
—-
“Ntar lo yang macul ya?”
“Sial!”
“Bkn apa-apa bung, gw geli sm penghuni tanahnya itu lho, bisa-bisa lo abis gw pelukin saking gelinya.”
“Kalo gitu lo aja yang macul, gw ga keberatan kok dipelukin. Hahaha..”
“Hahahahaha dasarrrr!! Ini pelukan yang secara harfiah bisa disebut penyiksaan, still interested?”
“Ngg.. Gw aja yang macul deh.”
“Good!”
“Lo buatin teh manis sama goreng pisang nya aja, biar kita seperti pasangan petani.”
“Ahahahahaha baru gw mau bilang gitu!!”
“Sial!”
“Bkn apa-apa bung, gw geli sm penghuni tanahnya itu lho, bisa-bisa lo abis gw pelukin saking gelinya.”
“Kalo gitu lo aja yang macul, gw ga keberatan kok dipelukin. Hahaha..”
“Hahahahaha dasarrrr!! Ini pelukan yang secara harfiah bisa disebut penyiksaan, still interested?”
“Ngg.. Gw aja yang macul deh.”
“Good!”
“Lo buatin teh manis sama goreng pisang nya aja, biar kita seperti pasangan petani.”
“Ahahahahaha baru gw mau bilang gitu!!”
——————————
Sabtu, 8 januari 2011
…
Aku baru saja mengatakannya, akhirnya. Ini konyol sekali, sungguh. Aku tahu dia hanya menghiburku, bodoh! Seharusnya aku tidak mengaku, bagaimana kalau ternyata dia malah kecewa dan menganggapku menyalahgunakan pertemanan? Berekspektasi lebih dari yang seharusnya.
——————————
Selasa, 18 januari 2011
…
Masih menyangkal. Mereka pernah bilang, “one would never feel when the other doesn’t” itu pasti begitu. Kalau dia tidak merasa apa-apa, berarti ini hanya ilusi perasaan. “Don’t trust your feelings, they lie.” Dia bilang begitu, ya ya.. Mungkin begitu. Ini hanya ilusi, tidak benar-benar kurasakan. Mungkin menjaga jarak sedikit akan lebih mempermudah proses menetralkan perasaan. Semoga!
——————————
Sabtu, 22 januari 2011
…
Dia masih tidak ada kabar. Mungkin lupa dengan janji yang harusnya dia tepati. Menjelang sore hari sebuah pesan singkat masuk ke telepon genggamku,
“I’m truly sorry, I can’t be there. I’m sending the paper to be burried. I’ve wrote everything in there. And DO NOT READ IT! *Smooches!”
Aku terdiam lemas, mendadak malas. Keesokan paginya sampai ke tanganku sebuah amplop berisi surat. Aku kuburkan di halaman belakang rumah seorang teman. Mungkin terlalu sibuk dengan sekian banyak photoshoot dan kerjaannya. Merasa dilupakan, aku mengubur suratku dan suratnya yang sudah dimasukkan ke dalam termos berwarna biru dan putih dengan asal-asalan. Sesudahnya kukirim sebuah pesan singkat,
“Burried. See you in the next couple years.”
Tidak berapa lama masuk sebuah balasan,
“Apa sih, kayak mau mati aja. Gak suka ah! I’ll see you soon, when I have a chance, okay? Take care.”
Aku diam, langsung kuhapus pesan singkat itu. Sudah waktunya, aku sudah terlalu lama dibohongi perasaan.
——————————
Rabu, 12 Desember 2012
Aku tahu dia menungguku disana. Berpuluh-puluh telepon dan sms tidak kugubris. Tidak kali ini. Di bulan yang paling kubenci, di tanggal yang penuh kenangan sedih ini, aku tidak mau menambahnya dengan membuka suratnya, yang aku tahu sama sekali tidak menyinggung tentangku. Biar saja dia membaca perasaanku di atas kertas. Ini perpisahan, senin depan aku sudah akan meninggalkan semua ini di belakang.
——————————
Rabu, 20 November 2013
…
Aku mengambil dua termos itu. Masih sama seperti kutinggalkan, membuatku bertanya-tanya, kubuka satu yang aku tahu miliknya. Dia menulis tentangku, hanya satu baris, tentang bagaimana dia merasa akulah yang dicarinya. Tentang dia yang merasa sesuatu yang berbeda di antara kami. Mendadak sesak terasa memenuhi satu rongga di tubuhku, rongga apa namanya aku tidak tahu. Kuketik sebuah pesan singkat, berharap nomer yang dituju masih aktif di suatu tempat entah dimana.
“You didn’t open the capsule?”
Lima belas menit kemudian kuterima balasan,
“What for? You left me. I never wanted to know what you wrote about me. But I want you to know what I wrote about you.”
Aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku memukul kepalaku, menyadarkan diri ini bukan sinetron kacangan di televisi swasta, ini nyata! Mungkin itu adalah hal terbodoh yang pernah kulakukan. Benar, aku egois, jauh melebihi yang sanggup kubayangkan.
Otakku berfikir cepat, mungkin sore ini aku akan terbang ke kotanya. Menyelesaikan semua secara langsung. Ya, harus begitu. Aku harus menjelaskan semuanya, tidak peduli walaupun dia tidak mau mendengarkan seperti biasa. Aku harus memberitahunya, melamarnya saat itu juga jika perlu. Memang ada yang aneh dengan kami, bahkan setelah bertahun-tahun tinggal di negara berbeda, aku masih tidak bisa melupakannya. Semoga ini yang selalu disebut orang dengan kata ‘takdir’.
Mudah-mudahan belum terlambat. Tiba-tiba teleponku bergetar,
“Oh, tomorrow is my wedding day, you are invited.”
saat Galau, 0:43, salam seksi
@dinnynovita
1 komentar:
sediiih :'(
Posting Komentar