Pada semesta kumulai perjalanan sunyi, kucium aromamu sepanjang spektrum gelombang cahaya; hati kecil yang lucu itu meledak di samping nebula.
Kucucurkan pelangi kabut yang mengangkasa. Kerlipmu terdampar entah di galaksi apa, tapi barangkali kau percaya ikatan elektromagnetik menarik titik-titik pusaran hingga ke tepi tuhan melebarkan angkasa.Sudah kucari jejakmu dari nubia hingga stonehenge di britania, kugambar titik temu segitiga tanpa melibatkan phytagoras karena aku hanya mencari … mencari supernova dalam tahun-tahun yang melintang di samarkand hingga kesepian paling kejam di lubang hitam.
Kau ceritakan senjamu yang tergores sesuatu, kemerahan itu luka ledakan di samping obsevatorium. Galileo dan kepler tak mengatakan padaku tempatmu berteduh, mereka hanya tersesat di andromeda dan bertanya-tanya pada bintang yang lewat… “di mana tepi semesta?”
Materi-materi kesepian berputar oval, mencari kereta yang barusan melarikan senja, komposisi warna yang tercipta dari sejarah yang tak saling kenal tak saling mengerti; hanya menandai sisa-sisa ledakan masalalu sambil menciptakan gravitasi baru.
0 komentar:
Posting Komentar